Reformasi Sistem dan Pemanfaatan Kearifan Lokal: Kunci Menuju Pembangunan Berkelanjutan Indonesia

Ahmad Said Saputra, PUSTANAS. 25/05/2024 11:30 WIB

Kepala Pusat Studi Ketahanan Nasional Universitas Nasional, Iskandarsyah Siregar, mengungkapkan bahwa saat ini sangat penting untuk mempertimbangkan sistem berbangsa dan bernegara yang lebih efektif dan efisien. Dalam konteks ini, ia menekankan perlunya reformasi dalam berbagai aspek, termasuk dalam proses pemilihan pimpinan nasional dan daerah. Iskandarsyah berpendapat bahwa sistem yang ada saat ini masih banyak menyisakan ruang untuk perbaikan guna memastikan bahwa semua sumber daya negara dapat dimanfaatkan dengan optimal demi kesejahteraan masyarakat.

Sebagai contoh, Iskandarsyah menyoroti biaya yang sangat tinggi yang dikeluarkan dalam setiap proses pemilu. Setiap kali pemilu diadakan, negara harus mengeluarkan ratusan triliun rupiah untuk berbagai keperluan, mulai dari logistik hingga kampanye. Iskandarsyah menggambarkan bahwa pengeluaran sebesar itu sangat besar dan dapat dialihkan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak. “Bayangkan jika ratusan triliun yang digunakan untuk pemilu itu dialokasikan untuk membangun sarana dan prasarana kesehatan serta menyediakan pengobatan gratis bagi masyarakat Indonesia. Manfaat yang bisa dirasakan masyarakat tentu akan jauh lebih besar,” ujar Iskandarsyah.

Selain dari sisi biaya, Iskandarsyah juga menyoroti pentingnya memanfaatkan teknologi dan kearifan lokal yang telah ada di Indonesia selama ratusan tahun. Menurutnya, bangsa ini sebenarnya memiliki berbagai teknologi tradisional dan kearifan lokal yang telah terbukti efektif dalam mengelola negeri. Teknologi dan kearifan lokal tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga tata kelola sosial. Jika diberdayakan dengan baik, teknologi dan kearifan lokal ini dapat memberikan solusi yang lebih sesuai dengan kondisi budaya dan sosial Indonesia.

Lebih lanjut, Iskandarsyah menekankan bahwa dengan memanfaatkan teknologi dan kearifan lokal, negara tidak hanya dapat menghemat biaya tetapi juga dapat memperkuat identitas dan kemandirian bangsa. Dalam era globalisasi ini, banyak negara sering kali terjebak dalam mengikuti model-model pembangunan dari luar yang tidak selalu sesuai dengan kondisi lokal. Padahal, dengan menggali dan mengembangkan potensi lokal, Indonesia dapat menciptakan model pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan. “Kita tidak harus selalu bermazhab pada bangsa atau negara lain. Malah, dengan membangkitkan kearifan bangsa sendiri, kita bisa lebih tangguh dan besar dari bangsa dan negara lain,” tambah Iskandarsyah.

Sebagai penutup, Iskandarsyah mengajak semua pihak untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini. Ia mengingatkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten. “Mari kita bersama-sama mencari cara yang lebih baik dalam mengelola negeri ini. Dengan semangat gotong royong dan pemanfaatan potensi lokal, saya yakin kita bisa mencapai tujuan yang kita inginkan,” pungkas Iskandarsyah.